Pages

Senin, 15 Maret 2010

Barangkali Cinta


Barangkali cinta… jika darahku mendesirkan gelombang yang tertangkap oleh darahmu dan engkau beriak karenanya. Darahku dan darahmu, terkunci dalam nadi yang berbeda, namun berpadu dalam badai yang sama.

Barangkali cinta… jika napasmu merambatkan api yang menjalar ke paru-paruku dan aku terbakar karenanya. Napasmu dan napasku, bangkit dari rongga dada yang berbeda, namun lebur dalam bara yang satu.

Barangkali cinta… jika ujung jemariku mengantar pesan yang menyebar ke seluruh sel kulitmu dan engkau memahamiku seketika. Kulitmu dan kulitku, membalut dua tubuh yang berbeda, namun berbagi bahasa yang serupa.

Barangkali cinta… jika tatap matamu membuka pintu menuju jiwa dan aku dapati rumah yang kucari. Matamu dan mataku, tersimpan dalam kelopak yang terpisah, namun bertemu dalam setapak yang searah.

Barangkali cinta… karena darahku, napasku, kulitku, dan tatap mataku, kehilangan semua makna dan gunanya jika tak ada engkau di seberang sana.

Barangkali cinta… karena darahmu, napasmu, kulitmu, dan tatap matamu, kehilangan semua perjalanan dan tujuan jika tak ada aku di seberang sini.

Pastilah cinta… yang punya cukup daya, hasrat, kelihaian, kecerdasan, dan kebijaksanaan untuk menghadirkan engkau, aku, ruang, waktu, dan menjembatani semuanya demi memahami dirinya sendiri.

Kamis, 14 Januari 2010

Routing Information Protocol (RIP)




Routing Information Protocol (RIP) adalah sebuah protokol routing dinamis yang digunakan dalam jaringan berbasis lokal dan luas. Karena itu protokol ini diklasifikasikan sebagai interior gateway protocol (IGP). Protokol ini menggunakan algoritma routing distance-vector.

RIP adalah routing vektor jarak-protokol, yang mempekerjakan hop sebagai metrik routing. Palka down time adalah 180 detik. RIP mencegah routing loop dengan menerapkan batasan pada jumlah hop diperbolehkan dalam path dari sumber ke tempat tujuan. Jumlah maksimum hop diperbolehkan untuk RIP adalah 15. Batas hop ini, bagaimanapun, juga membatasi ukuran jaringan yang dapat mendukung RIP. Sebuah hop 16 adalah dianggap jarak yang tak terbatas dan digunakan untuk mencela tidak dapat diakses, bisa dioperasi, atau rute yang tidak diinginkan dalam proses seleksi.

Awalnya setiap RIP router ditularkan pembaruan penuh setiap 30 detik. Pada awal penyebaran, tabel routing cukup kecil bahwa lalu lintas tidak signifikan. Seperti jaringan tumbuh dalam ukuran, bagaimanapun, itu menjadi nyata mungkin ada lalu lintas besar-besaran meledak setiap 30 detik, bahkan jika router sudah diinisialisasi secara acak kali. Diperkirakan, sebagai akibat dari inisialisasi acak, routing update akan menyebar dalam waktu, tetapi ini tidak benar dalam praktik. Sally Floyd dan Van Jacobson menunjukkan pada tahun 1994 bahwa, tanpa sedikit pengacakan dari update timer, penghitung waktu disinkronkan sepanjang waktu dan mengirimkan update pada waktu yang sama. Implementasi RIP modern disengaja memperkenalkan variasi ke update timer interval dari setiap router.

RIP mengimplementasikan split horizon, rute holddown keracunan dan mekanisme untuk mencegah informasi routing yang tidak benar dari yang disebarkan. Ini adalah beberapa fitur stabilitas RIP.

Dalam kebanyakan lingkungan jaringan saat ini, RIP bukanlah pilihan yang lebih disukai untuk routing sebagai waktu untuk menyatu dan skalabilitas miskin dibandingkan dengan EIGRP, OSPF, atau IS-IS (dua terakhir yang link-state routing protocol), dan batas hop parah membatasi ukuran jaringan itu dapat digunakan in Namun, mudah untuk mengkonfigurasi, karena RIP tidak memerlukan parameter pada sebuah router dalam protokol lain oposisi.

RIP dilaksanakan di atas User Datagram Protocol sebagai protokol transport. Menggunakan port 520.

RIP memiliki beberapa keterbatasan, antara lain:
– METRIC: Hop Count
RIP menghitung routing terbaik berdasarkan hop count dimana belum tentu hop count
yang rendah menggunakan protokol LAN yang bagus, dan bisa saja RIP memilih jalur
jaringan yang lambat.
– Hop Count Limit
RIP tidak dapat mengatur hop lebih dari 15. hal ini digunakan untuk mencegah loop
pada jaringan.
– Classful Routing Only
RIP menggunakan classful routing ( /8, /16, /24 ). RIP tidak dapat mengatur classless
routing.

STREAM CONTROL TRANSMISSION PROTOCOL (SCTP)



SCTP adalah perkembangan teknologi dari TCP (Transmission Control Protocol) atau dapat disebut juga sebagai ‘super TCP’. SCTP dirancang untuk memenuhi kebutuhan penggunaan yang lebih luas dibandingkan dengan yang dapat diberikan oleh TCP.

SCTP merupakan suatu layer yang terletak antara layer user adaptation dan layer IP di dalam protokol Sigtran. Layer ini dirancang untuk menyediakan aplikasi protokol transmisi. Berikut ini adalah selengkapnya layer SCTP.


SCTP adalah suatu transport layer protocol yang beroperasi diatas Internet Protocol (IP). SCTP memiliki beberapa fitur baru seperti Multi-homing, Multi-streaming dan Heartbeat. SCTP adalah suatu protokol yang connection-oriented, dimana memerlukan suatu prosedur call set-up sebelum terjadi pengiriman data.


Protokol Transport merupakan bagian yang sangat penting dalam perkembangan internet saat ini. Transport layer didesaign untuk komunikasi terminal diantara aplikasi yang berjalan pada host-host yang berbeda. Transmission Control Protocol (TCP) merupakan protokol yang kebanyakan dipakai di layer transport. TCP sangat reliable sehingga sampai saat ini menjadi pilihan utama.
Namun seiring berkembangnya layanan internet seperti multimedia TCP dirasakan masih kurang dalam memenuhi layanan yang ada. Dalam TCP ketika jaringan padat yang otomatis kongesti sangat tinggi menyebabkan time-out dan akan mengirimkan retransmisi karena sifatnya yang conection oriented. Hal ini akan menyebabkan delay yang tinggi dan berakibat turunnya throughput. Maka mulailah dikembangkan protokol lain di layer transport seperti Stream Control Transmission Protocol (SCTP). Berbeda dengan TCP yang hanya mempunyai satu stream. Di SCTP terdapat multi stream sehingga bisa mengirim data lebih banyak. Dengan fitur SCTP yang multihoming sehingga dapat meminimalisasi paket retransmisi yang akan mengatasi delay. Dikarenakan SCTP mempunyai multistream maka SCTP memakan bandwidth yang lebih banyak dari TCP sehingga untuk jaringan yang mempunyai sumber daya terbatas justru SCTP akan menyebabkan sering terjadinya error. Pada tugas akhir ini akan dianalisa perbandingan performansi SCTP dengan TCP sebagai protocol transport untuk FTP. Analisa dilakukan dengan membuat sebuah FTP server dan FTP client baik dengan TCP atau SCTP.
Hasil analisa dari simulasi didapatkan bahwa trafik yang rendah delay TCP lebih bagus dari SCTP, tetapi pada trafik yang tinggi delay SCTP lebih kecil. Throughput yang dihasilkan hanya ada sedikit perbedaan nilai, sedangkan jitter dan packet loss dari SCTP cukup besar.





Setiap paket SCTP terdiri dari SCTP common header
dan beberapa blok chunk. Ukuran paket SCTP adalah
sebesar 1 MTU (Maximum Transmission Unit)
sepanjang 1500 bytes (Gambar 1) [5]. Common header
mendukung proses validasi dan koneksi pada SCTP
sedangkan chunk merupakan unit informasi pada paket
SCTP yang dapat berupa chunk data atau chunk kontrol.
Common header SCTP berukuran 12 bytes, yang terdiri
dari: alamat port sumber dan port tujuan masingmasing
sebesar 16 bit, tag verifikasi (32 bit) dan
checksum (32 bit).
Alamat port sumber (source) menyatakan
identifikasikan asal paket, sedangkan alamat port
tujuan adalah alamat penerima/tujuan paket SCTP.
Setiap endpoint menggunakan tag verifikasi untuk
mengidentifikasikan asosiasi dimana penerima
melakukan validasi terhadap pengirim paket SCTP.
Istilah asosiasi menggambarkan koneksi antara dua
endpoints. Checksum digunakan untuk menjaga data
integrity dan menghindari duplikasi. Setiap chunk
SCTP berukuran 8 bytes yang terdiri dari Field Type,
Flags, Length dan User Data. Field Type digunakan
untuk membedakan antara tipe chunk data atau chunk
kontrol. Terdapat 13 macam chunk yang digunakan
sebagai standar chunk SCTP [3]. Field Flag digunakan
untuk menentukan bit mana yang akan digunakan
dalam koneksi. Field Length digunakan untuk
menentukan panjang chunk. Field data segment
mengandung payload data setiap chunk.

Proses aliran data dalam SCTP



Di dalam SCTP segala pesan akan dipotong-potong kedalam paket –paket yang lebih kecil oleh SCTP Data Chunk. Data Chunk ini akan dikirimkan ke SCTP Packet untuk digabungkan dengan Control Chunk menjadi sebuah paket SCTP tunggal. Paket tersebut akan dikirimkan ke MGC melalui jaringan IP.

Di penerima (MGC) paket-paket data tersebut akan dipisahkan kembali menjadi kumpulan data dan control. Kumpulan data tersebut akan disusun kemali sesuai pesan/informasi aslinya.


Kesimpulan

- Protokol Sigtran memungkinkan protokol-protokol yang bekerja di jaringan PSTN dapat dilewatkan ke dalam jaringan IP.

- Dengan adanya protokol Sigtran pada transport layer dalam arsitektur softswitch dimungkinkan pengontrolan panggilan yang efektif dan efisien karena protokol Sigtran dengan dukungan SCTP memiliki kemampuan untuk melakukan hal tersebut.

- SCTP pada protokol Sigtran dibentuk dari common header dan kumpulan chunk. SCTP merupakan suatu layer yang terletak antara layer user adaptation dan layer IP. Layer ini dirancang untuk menyediakan aplikasi protokol transmisi.

- Data-data dari protokol adaptasi akan dipotong-potong menjadi Data Chunk – Data Chunk yang akan digabungkan dengan Control Chunk sebelum dikirimkan ke MGC sebagai sebuah paket SCTP.

Senin, 04 Januari 2010

FDDI


FDDI (Fiber Distributed Data Interconnect)
FDDI adalah interface jaringan menggunakan kabel serat optic dengan kapasitas sampai
100Mbps, berbasis token passing (seperti pada token ring) dengan menggunakan arsitektur
dual cincin LAN. Traffic FDDI pada dual cincin tersebut bergerak saling berlawanan arah
(sering disebut juga counter rotating ring). Cincin tersebut terdiri dari cincin primer dan
sekunder. Selama beroperasi, cincin primer digunakan untuk transmisi data dan cincin
sekunder berada dalam keadaan ‘idle’ atau tidak bekerja. Jika cincin primer mengalami
masalah, maka cincin sekunder dipergunakan untuk menggantikan cincin primer. Fungsi
utama dari penggunaan dua ring ini adalah untuk mendapatkan reliabilitas yang lebih tinggi
bila terjadi diskoneksi pada cincin primer.


Logical topology pada suatu jaringan menentukan bagaimana para host berkomunikasi melalui suatu medium. Dua tipi logical topology yang paling banyak digunakan adalah broadcast dan token passing.

Penggunaan topologi broadcast mengindikasikan bahwa setiap host mengirimkan datanya ke semua host pada medium jaringan. Tidak ada urutan tertentu bahwa suatu station harus mengikuti dalam penggunaan jaringan, dan bersifat First Come First Serve.

Topologi logical yang kedua adalah token passing. Pada tipe topologi ini, token elektronik di oper secara sekuensial ke setiap host. Ketika suatu host menerima toke, host itu dapat mengirim data dalam jaringan. Jika host itu tidak mempunyai data untuk dikirim, host itu memberikan token ke host selanjutnya dan proses yang sama terjadi lagi. Dua contoh jaringan yang menggunakan token passing adalah Token Ring dan Fiber Distributed Data Interface (FDDI). Variasi
dari Token Ring dan FDDI adalah Arcnet. Arcnet adalah token passing dalam suatu topologi bus.

Diagram diatas menunjukkan berbagai topologi berbeda dihubungkan dengan berbagai network device. Gambar diatas menunjukan suatu jaringan dengan tingkat kompleksitas moderate seperti sebuah sekolah atau bisnis kecil.

Router mempunyai semua kapabilitas dari peralatan yang sudah disebut diatas. Router dapat mengenarate signal, mengkonsentrasi-kan beberapa koneksi, mengconvert format data, dan mengatur transfer data. Router dapat pula menghubungkan suatu WAN, dimana menghubungkan antar LAN yang terpisah ribuan mil.

Tidak ada jenis peralatan lain yang mampu melakukan tipe koneksi semacam ini selain router.

MPLS


Multiprotocol Label Switching adalah teknologi penyampaian paket pada backbone berkecepatan tinggi. Asas kerjanya menggabungkan beberapa kelebihan dari sistem komunikasi circuit-switched dan packet-switched yang melahirkan teknologi yang lebih baik dari keduanya. Sebelumnya, paket-paket diteruskan dengan protokol routing seperti, Protokol routing berada pada lapisan network (ketiga) dalam, sedangkan MPLS berada di antara lapisan kedua dan ketiga.
MPLS merupakan salah satu bentuk konvergensi vertikal dalam topologi jaringan. MPLS
menjanjikan banyak harapan untuk peningkatan performansi jaringan paket tanpa harus
menjadi rumit seperti ATM. Metode MPLS membangkitkan gagasan untuk mengubah
paradigma routing di layer-layer jaringan yang ada selama ini, dan mengkonvergensikannya
ke dalam sebuah metode, yang dinamai GMPLS. GMPLS melakukan forwarding data
menggunakan VC tingkat rendah dan tingkat tinggi di SDH, dan panjang-gelombang di
WDM, dan serat-serat dalam FO; terpadu dengan routing di layer IP.

Prinsip kerja MPLS ialah menggabungkan kecepatan switching pada layer 2 dengan kemampuan routing dan skalabilitas pada layer 3. Cara kerjanya adalah dengan menyelipkan label di antara header layer 2 dan layer 3 pada paket yang diteruskan. Label dihasilkan oleh Label-Switching Router dimana bertindak sebagai penghubung jaringan MPLS dengan jaringan luar. Label berisi informasi tujuan node selanjutnya kemana paket harus dikirim. Kemudian paket diteruskan ke node berikutnya, di node ini label paket akan dilepas dan diberi label yang baru yang berisi tujuan berikutnya. Paket-paket diteruskan dalam path yang disebut LSP (Label Switching Path).
Komponen MPLS :
Label Switched Path (LSP): Merupakan jalur yang melalui satu atau serangkaian LSR dimana paket diteruskan oleh label swapping dari satu MPLS node ke MPLS node yang lain.
Label Switching Router: MPLS node yang mampu meneruskan paket-paket layer-3
MPLS Edge Node atau Label Edge Router (LER): MPLS node yang menghubungkan sebuah MPLS domain dengan node yang berada diluar MPLS domain
MPLS Egress Node: MPLS node yang mengatur trafik saat meninggalkan MPLS domain
MPLS ingress Node: MPLS node yang mengatur trafik saat akan memasuki MPLS domain
MPLS label:merupakan label yang ditempatkan sebagai MPLS header
MPLS node: node yang menjalankan MPLS. MPLS node ini sebagai control protokol yang akan meneruskan paket berdasarkan label


Rekayasa Traffik dengan MPLS

Rekayasa trafik (traffic engineering, TE) adalah proses pemilihan saluran data traffic untuk
menyeimbangkan beban trafik pada berbagai jalur dan titik dalam network. Tujuan akhirnya
adalah memungkinkan operasional network yang andal dan efisien, sekaligus
mengoptimalkan penggunaan sumberdaya dan performansi trafik. Panduan TE untuk MPLS
(disebut MPLS-TE) adalah RFC-2702 [Awduche 1999a]. RFC-2702 menyebutkan tiga
masalah dasar berkaitan dengan MPLS-TE, yaitu:
1. Pemetaan paket ke dalam FEC
2. Pemetaan FEC ke dalam trunk trafik
3. Pemetaan trunk trafik ke topologi network fisik melalui LSP
Namun RFC hanya membahas soal ketiga. Soal lain dikaji sebagai soal-soal QoS. Awduche
[1999b] menyusun sebuah model MPLS-TE, yang terdiri atas komponen-komponen:
manajemen path, penempatan trafik, penyebaran keadaan network, dan manajemen
network.

Implementasi QoS pada MPLS

Untuk membangun jaringan lengkap dengan implementasi QoS dari ujung ke ujung,
diperlukan penggabungan dua teknologi, yaitu implementasi QoS di access network dan
QoS di core network. Seperti telah dipaparkan, QoS di core network akan tercapai secara
optimal dengan menggunakan teknologi MPLS. Ada beberapa alternatif untuk implementasi
QoS di access network, yang sangat tergantung pada jenis aplikasi yang digunakan
customer.

MPLS dengan Intserv
Baik RSVP-TE maupun CR-LDP mendukung IntServ [Gray 2001]. RSVP-TE lebih alami
untuk soal ini, karena RSVP sendiri dirancang untuk model IntServ. Namun CR-LDP tidak
memiliki kelemahan untuk mendukung IntServ.
Permintaan reservasi dilakukan dengan pesan PATH di RSVP-TE atau Label Request di
CR-LDP. Di ujung penerima, egress akan membalas dengan pesan RESV untuk RSVP-TE
atau Label Mapping untuk CR-LDP, dan kemudian resource LSR langsung tersedia bagi
aliran trafik dari ingress. Tidak ada beda yang menyolok antara kedua cara ini dalam
mendukung model IntServ.

MPLS dengan DiffServ
Dukungan untuk DiffServ dilakukan dengan membentuk LSP khusus, dinamai L-LSP, yang
secara administratif akan dikaitkan dengan perlakukan khusus pada tiap kelompok PHB.
Alternatif lain adalah dengan mengirim satu LSP bernama E-LSP untuk setiap kelompok
PHB.
Beda L-LSP dan E-LSP adalah bahwa E-LSP menggunakan bit-bit EXT dalam header
MPLS untuk menunjukkan kelas layanan yang diinginkan sementara L-LSP membedakan
setiap kelas layanan dalam label itu sendiri. Baik RSVP-TE dan LDP dapat digunakan untuk
mendukung LSP khusus untuk model DiffServ ini.

Jumat, 11 September 2009

Signaling Protokol



Overview GMPLS (Generalized Multi Protocol Label Switching)
Generalized MPLS (GMPLS) merupakan kelanjutan dari MPLS dan bekerja pada medium transport all-optical. GMPLS dikembangkan dan ditujukan untuk memetakan trafik IP langsung ke atas layer optik (DWDM) dengan menurunkan kompleksitas dan penyediaan alokasi bandwidth yang cepat dan fleksibel bagi trafik IP. GMPLS mendefinisikan suatu set protokol untuk manajemen link, penentuan topologi dan route, signaling dan survivabilitas jaringan IP dan optik. Dalam implementasinya di layer jaringan core, Protocol GMPLS bekerjasama dengan MPlS.

A. Teknologi Multi Protocol Label Switching (MPLS)
Teknologi MPLS diterapkan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan dari jaringan IP. Ide dasar dari pengembangan MPLS adalah menggunakan “label” untuk melakukan mekanisme switching di tingkat IP. Hal ini berbeda dengan jaringan IP yang menggunakan pengalamatan IP sebagai dasar mekanisme switching dan jaringan ATM yang menggunakan Virtual Circuit Identifier sebagai dasar mekanisme switching. Di dalam jaringan yang menggunakan protokol MPLS, paket yang masuk kedalam jaringan MPLS terlebih dahulu diberi “label”. Label yang diberikan dapat disusun dari berbagai variasi kriteria sesuai dengan yang diinginkan oleh Service Provider/pengguna. Berdasarkan label yang diberikan ini maka jaringan yang menggunakan protokol MPLS akan memperlakukan paket tersebut sesuai dengan nilai yang melekat pada label tersebut (high priority, low priority, dan lainnya). Hingga saat ini belum ada standard MPLS yang berlaku atau yang dapat diacu (bersifat non proprietary), dikarenakan belum diselesaikannya penyusunan beberapa hal penting yang menjadi dasar penyusunan standar oleh organisasi yang berwenang.

Selasa, 08 September 2009

ss7 Signaling


SS7 (Signalling System 7-selanjutnya kita sebut SS7) adalah protokol signalling yang yang out-of-band yang menyediakan pembangunan hubungan bagi telekomunikasi yang advanced. Out of band artinya, kanal/channel signalling dengan kanal/channel komunikasi terpisah antara satu dengan yang lain. Contoh yang jelas adalah feature yang didukung oleh SS7, termasuk Incoming Caller Identification (Caller ID), roaming, WINS (wireless Intelligent Network) service seperti layanan pra-bayar/pre-paid dan pasca bayar/post-paid. Sedangkan DTMF merupakan contoh In-Band Signalling. Terminologi sederhana dari signalling adalah proses pengiriman controll information antar network elements.

Common Channel Signalling Saat signalling information dari voice atau data communication di kirimkan melalui network yang terpisah dengan voice/data channel nya, sering kali di sebut dengan common channel signalling (CCS). Implementasi pertama di USA tahun 1960. Saat itu di sebut Common Channel Signalling System #6 (CCS6).

Physical SS7 Network Jaringan SS7 terpisah dari network voice yang dia support. Yang terdiri dari beberapa node atau Signalling Point yang yang nantinya akan menyediakan fungsi-fungsi yang spesifik. Pada signalling network, terdiri dari tiga Node utama : Service Switching Point (SSP), Signal Transfer Point (STP) dan Signal Control Point (SCP). Ketiga node-node utama tersebut pada umumnya terhubung point-to-point dengan bit rate 56 kbps. Data dilewatkan melalui jaringan tersbut dengan teknologi packet-switching. Ketiga node tersebut harus mampu create, receive dan merespon SS7 message.

A. Service Switching Point (SSP)

Pada awalnya SSP adalah digital switches yang menyediakan akses voice dan call routing yang sudah ditambahi dengan hardware interface dan software yang berhubungan dengan aplikasi SS7. Pada umumnya SSP merupakan Local Exchange (LE) atau Interexchange circuits switches dan mobile switching centre. Dalam dunia GSM, MSC berperan sebagai SSP di SS7 Network. SSP memiliki dua fungsi utama :

1. Menghubungkan dengan set-up dan memutuskan hubungan, menggunakan ISUP messaging. Saat SSP harus membangun hubungan (set-up) ke switch lain, SSP harus mampu mem-formulasikan dan mengirim SS7 message dengan informasi pengalamatan yang tepat.
2. Membuat dan me-launch SS7 message yg telah dipersiapkan ke database external.

B. Signal Control Point (SCP)

SCP adalah parameter/kontrol yang dihasilkan oleh interface untuk database aplication atau service control logic. Message/pesan yang dikirimkan dari SSP ke SCP digunakan untuk mendapatkan routing information dan service information. SCP bukanlan sebuah aplikasi data base melainkan menyediakan akses ke database aplication. Contoh, pentranslasian database dari toll-free (800-) didukung oleh SCP. Saat ada panggilan toll-free, switch LE akan menunda proses pemanggilan dan mengirim message ke SCP untuk mendapatkan jaringan/circuit Carrier Identifitaion Code (CIC) yang tepat agar panggilan dapat di route-kan ke switch yang tepat. Tanpa SCP, LE tidak akan tahu nomor 800 tersebut atau kemana dia akan di route kan. Beberapa produsen STP telah mulai menyediakan aplikasi database pada STP nya. Sehingga SCP dapat difungsikan juga sebagai STP. Pada SS7 network, aplikasi ini masih terlihat seperti SCP database dan sama network functions routing.

C. Signal Transfer Point (STP)

Fungsi utama dari STP adalah switch dan address SS7 messages. SS7 message tidaklah berasal atau ditujukan ke STP. Tetapi STP me-relay SS7 message seperti packet switch atau message router ke node SS7 lainnya agar dapat berkomunikasi. Beberapa SSP atau SCP memerlukan akses untuk signalling sebelum terhubung ke sebuah STP.

Fungsi-fungsi utama dari STP :

- Sebagai physical connection ke SS7 network
-Sekuritas melalui proses gateway screening

-Message routing melalui Message Transfer Part (MTP)
-Message addressing melalui Global Title Translation (GTT)

Biasanya STP-STP dioperasikan secara berpasangan sebagai cadangan/redundancy. STP-STP biasanya ter-interkoneksi secara hierarki dimana STP lokal menyediakan akses ke SSP. Kemudian STP lokal terhubung ke sebuah gateway STP, yang mana gateway STP ini menyediakan akses ke jaringan lain atau aplikasi data base.

Protokol SS7 Untuk memahami SS7, diperlukan pemahaman mengenai Open System Interconnection-OSI layer. Berikut lapisan-lapisan dari OSI layer :

1. Layer 1 - Physical
2. Layer 2 - Data Link
3. Layer 3 - Network
4. Layer 4 - Transport
5. Layer 5 - Session
6. Layer 6 - Presentation
7. Layer 7 -Application


The OSI Reference Model and the SS7 Protocol Stack


Message Transfer Part (MTP) Dalam SS7, tiga layer pertama menjadi Message Transfer Part (MTP).

MTP level satu lebih spesifik ke physical, electrical dan memiliki karakteristik fungsional signalling data links. Beberapa interface pada untuk signalling SS7 adalah DS0A dan V.35.

MTP level dua menjamin transmisi yang reliable dengan menggunakan teknik seperti message sequencing dan frame check sequence seperti Cyclic redundancy Check (CRC). Berikut format dari MTP level dua:

* Flag (F)
o indikasi awal dan akhir dari signal unit
* Cyclic Redundancy Chech (CK)
o 16 bit checksum yang harus sama antara originating dan terminating
* Signaling Information Field (SIF)
o Indikasi informasi info routing dan signaling yg digunakan di layer atasnya
* Service Information Octet (SIO)
o indikator service dan versi yang akan di gunakan oleh layer diatas nya
* Length Indicator (LI)
o menampilkan banyaknya oktet pada message tersebut
* Forward Indicator Bit (FIB)
o Digunakan u/error recovery dan nomor portabel u/ mengindikasikan data base siap di query
* Forward Sequence Number (FSN)
o indikator sequence number signal unit
* Backward Indikator Bit (BIB)
o Untuk error recovery
* Backward Sequence Number (BSN)
o digunakan untuk acknowledge-receipt dari signal unit.

SS7 menggunakan 3 tipe untuk Signaling Unit:

1. Message Signal Unit; digunakan sebagai jalan semua data informasi termasuk yg berhubungan dengan call controll, network management dan maintenance. Signal Unit (SU) ini mensupport juga information exchange yang diperlukan untuk service/layanan yg diberikan seperti Caller ID
2. Link Status Signal Unit; menyediakan link status indication, sehingga link dapat di monitor dan system akan tahu kapan link out of service
3. Fill-In Signal Unit; menampilkan pengecekan error dan akan di transmit kan saat MSU atau LSSU ada.

MTP level tiga menyediakan fungsi sebagai message address Routing dan network Management.

Network element pada ANSI SS7 didasarkan pada pengalamatan yang biasa di sebut point codes. Sebuah point code terdiri dari 9 digit yang terbagi dalam 3 group : XXX-YYY-ZZZ

XXX = Network Identification

YYY = Cluster Member

ZZZ = Member Number

tiap nomor berasal dari 8 digit, jadi range nya dari 000-254. Semua elemen network di SS7 ditandai (dialamati) dengan sebuah POINT CODE.

Untuk point code dari perangkat Samsung dan Huawei, point code-nya berformat hexadesimal, sedangkan Alcatel berformat 4-3-4-3.

Ditiap STP diberikan unique point code untuk keperluan network routing. STP juga menggunakan spesial addressing point code yang di sebut alias point code yang digunakan untuk me-route kan message ke STP berikutnya. Sebuah alias point code di berikan ke STP -STP yang saling adjacent secara langsung dengan tujuan agar kedua STP tersebut saling mengenali.

GT (Global Title) merupakan addressing yang di gunakan untuk pengiriman antar SSP (misal dari MSC ke HLR; originating MSC ke Terminating MSC dll). Ketika sebuah MSC ingin berkomunikasi dengan HLR, maka MSC tersebut akan menggunakan GT dari HLR yang ditujunya. Hubungan dari MSC ke HLR nantinya akan melalui beberapa STP. Oleh STP yang terhubung langsung (paling dekat) dengan MSC, GT HLR yang berasal MSC tadi akan diterimanya dan akan di translasi kan ke point code STP berikut nya. Komunikasi antara MSC dengan STP terdekatnya tadi menggunakan point code masing-masing dimana point code MSC sebagai OPC (Originating Point Code) dan point code STP sebagai DPC (Destination Point Code).

MTP level 3 ini juga memiliki critical network management functions yang terbagi menjadi tiga yaitu:

* Link Management => menyediakan manajemen local signalling link seperti link activation, deactivation dan restoration.

* Route Management => provide exchange of signalling route availability between signalling points using predefined procedures, such as transfer prohibited, tranfer restricted , etc.
* Traffic management => mengatur pengaturan trafik-trafik yang out-of-service